Kamis, 13 Maret 2008

Apokripha

A P O K R I PH A
1. Definisi

Apokripha ialah kitab-kitab yang ditulis pada waktu yang bersamaan atau berdekatan dengan penulisan Alkitab di tempat-tempat yangdisebutkan dalam Alkitab, yang dianggap sebagai semi kanon oleh sebagian orang. Di samping istilah apokripha, kita perlu mengenal tiga istilah yang berkaitan dengan Apokripha, yakni: pertama, Homologoumena. Homologoumena adalah kitab-kitab yang sejak semula diterima oleh semua orang sebagai kanon. Perjanjian Lama terdiri dari Kejadian sampai Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ayub, Mazmur, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Daniel, dan 12 nabi kecil. Sedangkan Perjanjian Baru terdiri dari Matius sampai Filemon, I Petrus dan I Yohanes. Ke dua, Antilogoumena. Antilogoumena adalah kitab-kitab yang mula-mula ditentang oleh sebagian orang sebagai kanon. Perjanjian Lama terdiri dari Ester, Amsak, Pengkotbah, Kidung Agung, dan Yehezkiel. Sedangkan Perjanjian Baru terdiri dari Ibrani, Yakobus, II Petrus, II dan III Yohanes, Yudas dan Wahyu. Ke tiga, Pseudepigrapha. Pseudepigrapha adalah kitab-kitab yang ditolak oleh semua orang karena tidak termasuk kanon. Jumlah pseudepigrapha Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak dapat diketahui jumlahnya. Tetapi dalam Perjanjian Baru, Surat Yudas pernah menyebutkannya (Yud.14-15). II Timotius 3:8 menyinggung Kitab Penitence of Jannes and Jambres. Beberapa kitab yang termasuk pseudepigrapha ialah Perjanjian Lama: The Book if Jubilee, The Book of Adam dan Eve, The Martyrdom of Isaiah, dan 3 dan 4 Makabe; dan Perjanjian Baru: Injil Thomas, Injil Petrus, The Lost Epistle to Corinthians, dan Surat Paulus kepada Jemaat Laodikia.

2. Apopkripha Perjanjian Lama
Kitab-kitab apokripha Perjanjian Lama ditulis antara tahun 300 BC - 100 AD. Kebanyakan dalam bahasa Yunani tetapi sebagian berbahasa ibrani dan aram. Kebanyakan tidak diketahui penulisnya tetapi diperkirakan orang-orang yahudi yang tinggal di Mesir. Kitab-kitab apokripha Perjanjian Lama dapat dibagi dalam lima jenis, yaitu: pertama, Jenis Pengajaran (Didactic). Kitab yang termasuk jenis ini ialah Kebijaksanaan Salomo dan Kitab Yesus Bin Sirakh. Ke dua, Jenis Roman Religius. Kitab yang termasuk jenis ini ialah Kitab Tobit dan Kitab Yudit. Ke tiga, Jenis Sejarah. Kitab yang termasuk jenis ini ialah 1 Esdras, 1 dan 2 Makabe. Ke empat, Jenis Nubuat. Kitab yang termasuk jenis ini ialah Barukh, Surat Nabi Yeremia, dan 2 Esdras. Ke lima, Jenis Dongeng. Kitab yang termasuk jenis ini ialah Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda dalam Perapian, Kisah Susana dan Daniel, Kitab Daniel dengan Dewa Baal dan Naga Babel, dan Doa Manaseh.

3. Aprokripha Perjanjian Baru
Kitab apokripha Perjanjian Baru, sebagian besar, dikategorikan pada kitab fiksi religius. Beberapa Injil Apokripha ditulis untuk memenuhi keinginan orang akan informasi tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus yang tidak dicatat dalam Injil Kanon antara lain mujizat yang dilakukan Yesus pada masa anak-anak. Kitab-kitab yang ditulis seperti Kisah Para Rasul memberi informasi tentang akhir kehidupan para rasul yang tidak dikisahkan dalam Perjanjian Baru. Demikian juga surat-surat kiriman seperti Surat Kiriman Yesus kepada Raja Abgar dari Edessa, Siria. Kitab-kitab apokripha apokaliptik merupakan kitab yang menarik khususnya Apokaliptik Petrus yang menggambarkan penderitaan dalam neraka. Beberapa apokripha Perjanjian Baru ialah Shepherd of Hermas, Didacle, Teaching of Twelve, Surat Pseudo Barnabas, dan Injil Ibrani.

4. Penolakan Apokripha
Kita menolak kitab-kitab apokripha Perjanjian Lama karena beberapa alasan, yaitu: pertama, Kitab-kitab itu tidak terdapat dalam Kanon dari Kitab Suci Orang Israel yang sekarang dikenal dengan Perjanjian Lama. Ke dua, Penulis-penulis Perjanjian Baru tidak ada yang mengutipnya. Ke tiga, Yesus sering mengutip Perjanjian Lama dan tidak pernah mengutip Kitab Apokripha, ke empat, Terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani yang dibuat kurang-lebih abad 2 BC tidak memasukkan kitab apokripha itu. Ke lima, Konsili-konsili gereja dari abad 1-4 AD tidak pernah memberi dukungan kepada kitab ini. Ke enam, Bapa-bapa gereja seperti Athanasius, Cyril dari Yerusalem, Origen dan Jerome menentang kitab ini. Ke tujuh. Gereja Siria pada abad 4 menerima Alkitab dengan apokripha tetapi Alkitab dalam Bahasa Siria abad 2 tidak berisi apokripha. Ke delapan, Kisah-kisah dalam apokripha bersifat khayal dan tidak sesuai dengan kisah dalam Alkitab. Misalnya, Kisah Tobit atau Daniel. Ke sembilan, ajaran moral kitab apokripha lebih rendah dibandingkan Kitab Kanon (Yudit 9:10, 13). Ke sembilan, Kitab ini memiliki kesalahan sejarah, kronologi, dan peta bumi (Yudit 1:1; 7:11; 2:1, 4, 21, 24-28; 4:3-4, 6-8). Ke sepuluh, Kitab apokripha tidak mengklaim dirinya firman Allah atau tidak ada pernyataan semacam itu. Ke sebelas, Josephus, dan Kitab Talmud menyatakan bahwa kitab apokripha tidak memiliki otoritas yang lebih tinggi dari Alkitab.
Kitab apokripha Perjanjian Baru juga kita tolak karena beberapa alasan, yaitu: pertama, Kitab apokripha Perjanjian Baru hanya dikenal secara lokal dan bersifat sementara. Ke dua, status yang diberikan oleh sarjana terhadap kitab ini adalah semikanon. Ke tiga, Konsili gereja tidak menggolongkannya sebagai kanon Perjanjian Baru. Ke empat, Hanya sebagian orang yang menerima kitab-kitab ini karena menghubungkan kitab itu dengan Kitab kanon (Kol.4:16). Meski kita tidak menerima kitab apokripha Perjanjian Baru, kita tetap dapat memanfaatkannya karena kitab itu merupakan dokumentasi yang tua tentang keberadaan kitab-kitab kanon Perjanjian Baru; menggambarkan ajaran gereja secara umum setelah zaman Para rasul; merupakan jembatan antara tulisan para rasul dengan tulisan bapa-bapa gereja pada abad 3-4; dan mempunyai nilai sejarah tentang hal-hal praktis dalam peraturan gereja.

Tidak ada komentar: